Rabu, Juli 15, 2009

Yang kuinginkan bukan yang Tuhan tentukan

Biasanya saat kita menemui seseorang yang mengalami musibah, kata pertama yang terucap adalah, "Sabar ya". Untukku yang sekarang kata itu sangat familiar tapi terasa hambar. Dia yang berkata tidak mengalami apa yang kualami, lalu atas dasar apa dengan mudahnya berucap seperti itu. Pernah tahukah dia sesering apa air mata ini tumpah karena merasa apa yang menimpaku tak seharusnya terjadi.
"Sabar", mudah untuk diucapkan tapi tidak untuk diterapkan. Seperti lirik lagu, ku hanyalah manusia biasa tak lepas dari rasa kecewa. Kuakui aku kecewa, tak terima, dan marah terhadap diriku serta apa yang terjadi padaku.
Tuhan aku lelah sungguh lelah menerima teguran bertubi-tubi dariMu. Dan kini karena kelelahanku setan dengan mudahnya merayuku menjauh dariMu. Semakin lama semakin jauh....
Namun, alangkah beruntungnya aku dikelilingi orang-orang luar biasa. Mereka yang selalu menguatkanku dengan memahami keadaanku seutuhnya. Dan yang pasti mereka tidak hanya berkata padaku untuk sabar, tetapi membantuku untuk sedikit demi sedikit menerapkannya.
Tuhan, maafkan aku yang sampai kini belum mendekat padaMu. Maafkan aku yang sedikit membenci ketentuanMu. Kenapa kubilang sedikit ? Karena di saat-saat sulit itu Kau menempatkanku bersama manusia terhebat.
Manusia yang selalu kupanggil dengan sebutan Ibu dan Ayah......
Manusia yang tersenyum bahagia saat kemunculan pertamaku didunia....
Manusia yang rela tetap terjaga di tengah kelelahannya untuk menjagaku....
Manusia yang mengorbankan senyumnya demi senyumku....
Manusia yang terluka hatinya dikala aku bersedih....
Manusia yang akan selalu ada untukku....
Sungguh baru kusadar bahwa selama ini tidak banyak yang kulakukan untuk mereka dan teramat banyak yang kuterima dari mereka.
Mereka jugalah yang mengajarkanku untuk tersenyum dan tetap tegar disaat yang kuinginkan bukanlah yang Tuhan tentukan.

Jumat, Mei 15, 2009

Terima kasih terdalam untukmu

Ucapan terimakasih untuk orang tuaku, saudara-saudaraku, teman-temanku, dan orang-orang disekelilingku yang telah memberikan suntikan semangat. Waktu pertama kali aku jatuh sakit Hp ku nggak pernah berhenti bunyi. Yang kedengaran pasti pertanyaan yang sama, "Gimana kabarnya ?" Aku cuma bisa bilang, "Alhamdulillah baik".
Terus aku divonis untuk operasi karena usus buntuku dah bengkak gede banget g ketulungan. Hyaa ... operasi, benar-benar kata-kata yang menakutkan.
Waktu itu dokternya bilang gimana klo kistaku juga diangkat, jadi aku menjalani dua operasi sekaligus : kista + usus buntu. Hp ku lagi-lagi bunyi, "Kapan operasinya ?",kata mereka yang menelpon. Aku cuma bisa ngejawab secepatnya. Begitu seterusnya sampe capek ngejawab telponnya.
Sampai akhirnya aku bener-bener terpukul banget sama penyakit pasca operasiku yang g jelas sampai sekarang. Banyak banget sms buatku mulai dari kata-kata semangat, kutipan al-quran dan hadits, atau hanya secara rutin menanyakan keadaanku. Maaf ya yang smsnya g pernah ku balas karena aku bingung mau ngejawab apa . Klo mau kubalas jangan tanya kabar ya teman-teman, aku sendiri bingung.
Tapi kalian orang-orang yang teramat penting buatku. Salah satu alasanku untuk bisa menerapkan teori pasrah buat keadaanku. Makasih ya.

Change

Pernah mencoba membentuk karakter baru bagi diri sendiri ?
Kalau pertanyaan dilontarkan pada anda bagaimana jawaban anda ?
Setiap manusia memiliki sifat dasar yang sangat susah untuk dirubah, tapi bukan berarti tidak mungkin kan untuk berubah ?
Cobalah sebentar saja berhenti dari idealisme diri sendiri dan sedikit saja membelokkan identitas. Dengarkan baik-baik komponen apa dalam diri anda yang mencoba berontak pertama kali.
Hati...nurani...akan mendengungkan alarm tanda tidak setuju.
Tapi hati..nurani..pikiran bisa berubah seketika saat sesuatu yang hebat menerpanya.
Trauma psikis yang menyentuh alam bawah sadar.
Itulah yang sedang saya usahakan sekarang....
Mencoba menata hati dan sikap menjadi pribadi yang berbeda....
Karena saya tidak mungkin menjadi pribadi yang seperti dulu........
Saya harus terima ada yang cacat dalam diri saya sekarang.......tapi bukankah saya masih hidup
Meski tidak bisa senormal dulu saya harus bersyukur karena masih diberi kesempatan hidup.
Lebih dari lima kali saya melihat ruh dicabut dari empunya, disaat itu pula rasanya hati ini tersayat-sayat. Tergambar dengan jelas sakit tak terperikan dari wajah-wajah itu. Suatu saat entah kapan saya juga akan berada dalam kondisi yang sama.
Kini dengan kecacatan saya, saya benar-benar melihat dunia dalam sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang bahwa hidup saya berkejaran dengan waktu yang entah kapan akan mencapai limitnya.
Sejak itulah kata sabar dan ikhlas mau tidak mau saya terapkan dalam hidup. Karena kalau tidak saya akan terus menerus berada dalam jurang ratapan. Hidup saya tidak bisa di undo, jadi saya harus tetap maju dengan semua takdirNya.
Saya benar-benar telah berubah meski tidak secara keseluruhan tapi saya telah berubah.